" Makna Imlek & Leluhur Kita"

           Hari ini pulang bersepeda sore berkeliling kota, tiba tiba langit gelap, kugayuh sepeda lipatku dengan menerobos jalan raya dan penuh rasa syukur karena pas banget sampai rumah barulah hujan turun sangat deras.  


        Masih dalam suasana Imlek, Selasa 1 Feb 2022, di sore hari muncul hasrat ingin menulis tentang  leluhur  dan tentang Imlek. Maka saya mulai tulisan ini mengenai Imlek atau kita suka dengar kata  Sin Cia (berasal dari bahasa Hokkian) yang mempunyai arti tahun baru, sedangkan di China malah dikenal sebagai perayaan musim semi disebut dengan Juen Cie. 

Berdasarkan Wikipedia disebutkan pengertian Imlek seperti berikut : 

        Tahun Baru Imlek merupakan perayaan terpenting orang Tionghoa. Perayaan tahun baru imlek dimulai pada hari pertama bulan pertama di penanggalanTionghoa dan berakhir dengan Cap Go Meh pada tanggal ke-15. Malam tahun baru imlek dikenal sebagai Chúxī yang berarti "malam pergantian tahun".

        Saya mengutip pula tulisan Hendra Kurniawan dalam buku Kepingan Narasi Tionghoa Indonesia: The Untold Histories (2020: hlm 58), sebelum merayakan Imlek, orang Tionghoa akan membersihkan rumah dari sampah dan debu. Tujuannya untuk mempersiapkan diri agar seseorang bersih secara lahir batin pada hari tahun baru nanti.

        Perayaan Imlek di Indonesia biasanya  jatuh di bulan Januari atau Februari ditandai dengan curah hujan yang lebat dan musim panen buah-buahan. Maka daripada itu, tak heran mitosnya apabila hujan lebat di malam menjelang imlek berarti ada harapan rezeki yang bakal terjadi di tahun baru. 

        Imlek merupakan tradisi yang dirayakan oleh masyarakat Tionghoa di seluruh dunia sebagai ungkapan syukur dan harapan akan rejeki pada tahun yang akan dilewati (artikel Kompas) 

          Tradisi yang diturunkan dari leluhur sesuatu yang layak dilestarikan karena saat Imlek ada suatu kebersamaan dengan keluarga besar, bisa saling menyapa, makan malam bersama, mengunjungi sanak keluarga dll. 

            Nah dalam kesempatan ini seperti disebutkan diatas bahwa saya ingin menulis pula mengenai leluhur. 

1 hal tentang asal leluhur yang  saya ingat adalah ucapan  dari mamah (ibu) bahwa kampung halaman daripada kungkung, popoh (sebutan kakek nenek) berasal di suatu daerah yang disebut "Moyan". 

                Di bawah ini saya sertakan  foto leluhur (alm)  yaitu biasa kami panggil Kung Thay dan Poh Thay orang tua dari kakek nenek dimana mereka berasal dari Moyan dan di jajaran kedua  foto dari Kungkung, Popoh yaitu orang tua dari ayah saya. 




Kemudian saya pun gogling Moyan China dan hasilnya sbb : 

Meixian (hanzi sederhana: 梅县; Wade-Giles: Meihsien; Hakka PFS: Mòi-yan, Moi-yen) adalah sebuah distrik di Kota Meizhou, Guangdong, Republik Rakyat Tiongkok.

Sejak lama Meixian merupakan pusat pemerintahan kota Meizhou, kini telah dipindahkan ke Distrik Meijiang. Distrik Meixian dikenal sebagai pusat budaya dan salah satu dari kampung halaman diaspora Hakka.ke

Salah satu julukan kota Moyan atau Meixian ternyata disebut Kampung Halaman Tionghoa Perantauan. 

         Jadi kampung halaman Kung kung yaitu Lie Tjit Han memang berasal dari Moyan, beliau merantau ke Indonesia sebagai pedagang dan akhirnya menikah dan mempunyai keturunan di Indonesia. 

            Nah hanya sedikit saja saya mengulik tentang Moyan dan belum sempat bertanya apakah ada sanak keluarga yang masih di sana, sayang sekali karena keterbatasan jarak dan bahasa menyebabkan seolah tidak ada lagi kabar berita tentang saudara di sana.

        Alasan lain tulisan mengenai leluhur ini adalah supaya kelak tulisanku ini berguna buat generasi selanjutnya dalam keluarga. Setidaknya dengan teknologi internet saat ini berharap tulisanku tidak hilang begitu saja. 

        Bukan kebetulan ada artikel koran dimana meskipun itu suatu iklan dukacita, tapi saya anggap sangat bersejarah. Artikel koran yang digunting mamahku dikenal dengan sebutan Ci Fu-e, mamah sangat peduli dan menyimpan rapih di laci kosmetiknya dan bukan kebetulan kutemukan kembali. 

Ini adalah foto dari koran di hari Sabtu, 1 Oktober 1988





        Salah satu dari tradsi menyambut Tahun Baru Imlek yang mempunyai makna dan perlu genarasi muda ingat  adalah Sembahyang leluhur.

Sembahyang leluhur merupakan salah satu tradisi warga keturunan Tionghoa dengan tujuan mendoakan keluarga yang telah tiada agar mendapatkan kehidupan sempurna. .

Foto di bawah ini adalah orang tua  Lie Lien On (papah) , Tjong Kwie Nio (mamah) dan paman Lie Li On yang saya sayangi : 




Mungkin saja agama yang saat ini dianut oleh para generasi penerus bukan agama leluhur yaitu Khonghucu, namun suatu doa (sembahyang) sebagai ungkapan terima kasih bagi mereka tetap bisa kita panjatkan. 

        Kita dapat berdoa menurut agama kepercayaan saat ini pertama-tama kepada Tuhan kemudian mengingat jasa orang tua , terima kasih atas keberadaan mereka dalah hidup keluarga dan jasa para leluhur kita yang penuh perjuangan dan mendoakan kebahagian semua. 

        Jadikan Imlek moment bersyukur dan berterima kasih khususnya bagi leluhur atau nenek moyang , orang tua maupun orang tua leluhur dan membina keharmonisan antar keluarga.

        Akhir dari tulisan ini for every one i wish : 

        "Happy Lunar New Year" 

        Xin nian (new year) kuai le (happy) 

        Shen ti jian kang 

        "I wish you good health" or "enjoy good health".


    Tasikmalaya, 

    Verena Lie Tjiu Hoa 

















Comments

Popular posts from this blog

Doa Legio Maria, Doa Tessera, Doa Catena Legionis, Doa Untuk Memohon Beatifikasi Hamba Allah Frank Duff

Retret Awal Lembah Karmel Cikanyere, My diary with God part 90

Catatan bersama Tuhan part 59 : Loh Hati